Sahabat dan Cermin
Reflection ini bahasa keren kali ya, kalau diterjemahkan menjadi refleksi. Kalau kita mendengar kata refleksi mungkin yang terlintas pertama adalah pijat? pegal? kaki? full body? Tapi kita akan coba membahas refleksi ini dengan tujuan yang sama, yakni merelaksasi, bukan otot tapi ya yang direlaksasi.
Untuk semua yang membaca ini, saya yakin pasti pernah dong dalam keadaan ingin berjumpa dengan orang yang diidam-idamkan. Pada keadaan demikian, kita mencoba untuk berdandan dengan gara rambut paling kece, hingga baju yang paling menarik untuk mendapatkan atensi.
Nah untuk menuju terlihat menarik itu, ada satu yang menjadi teman setia kita? Pasti sudah tahu kan siapa atau apa itu? Ya benar, jawabannya adalah cermin. Cermin ini menjadi teman kita untuk memberikan penampilan menarik untuk orang-orang spesial yang kita temui.
Dari cermin ini, kita belajar bahwa apa yang menjadi keingingan kita belum tentu cocok dengan penglihatan orang lain. Tapi yang peling penting lagi, kita berbuat atau bertindak bukan karena untuk memuaskan penglihatan orang lain. Kita bertindak karena kita yakin akan hakikat kebenaran yang kita percaya.
Sehingga semua tindakan dan perbuatan kita lakukan secara terukur. Terukur sesuai dengan kemampuan kita, terukur dengan apa yang cukup untuk orang lain melihat kita. Tidak dengan melebih-lebihkan, tidak juga merendahkan diri.
Refleksi kali ini untuk melihat apa yang pantas dan cukup yang kita miliki untuk menjadi sebuah tindakan. Pun untuk memberikan kepuasan yang cukup untuk orang lain, tanpa menyakiti tanpa membohongi.
Cermin adalah sahabat kita untuk melihat diri, apa yang kurang, apa yang cukup, apa yang dipunya, apa yang pantas. Selamat bercermin. Mari kita refleksikan semua tindakan dan pemikiran kita sebelum membawanya ke muka.
@30haribercerita
#30haribercerita
#30hbc2316
Komentar
Posting Komentar